Bagaimana mungkin kita semua berkata bahwa keluarga adalah anugerah yang terindah jika di dalamnya hanya ada "pelaporan pencapaian diri"?
Bagaimana mungkin mengatakan bahwa kita sudah melaksanakan kehendak Yesus jika tidak mau mengasihi sesamamu yang tidak disukai?
Bagaimana mungkin kita tidak menjadi Farisi masa kini jika kalian hanya sibuk melihat kelemahan orang lain dan hanya mewartakan berita palsu mengenai sesamamu?
Bagaimana mungkin kita merasa sudah tekun berdoa dan hidup baik jika apa yang keluar dari mulut hanyalah kebohongan, pembelaan diri, dan keluhan-keluhan tak membangun?
Bukankah Yesus berkata, "jika kamu mengetahui bahwa kamu harus melakukannya, namun kamu tidak melakukannya, maka kamu berdosa?"
Begitu banyak fenomena kehidupan yang tak kita sadari bahwa itu semua melanggar kehendak Yesus, begitu banyak kekerasan hati manusia, cinta diri yang besar, dan segala hal yang nampaknya baik-baik saja namun sebenarnya menggerogoti jiwa kita.
Bukankah tak jarang kita mendengar orang mengatakan, "oh, saya sudah hidup baik. saya berdoa tiap-tiap hari, pergi ke gereja dan bahkan misa harian atau pun puasa", namun pernahkan kita melihat lebih dalam lagi, doa seperti apa yang kita ucapkan kepada Tuhan? apakah hanya untuk kepentingan kita semata atau benar-benar sungguh untuk kebaikan bersama? atau apakah motivasi kita untuk berlaku demikian hanya untuk dipuji orang? dan setelah itu keyakinan kita menjadi 100% untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah?
Tuhan berkata, hendaklah mereka yang bertelinga, mendengar !
Melalui firman, kita tahu bahwa bukan semua itu yang menjadi kerinduan utama Yesus untuk kita lakukan.. ya, semua itu baik adanya, dengan sedikit ilustrasi, bahwa bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa kita mencintai seseorang jika kita tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan orang tersebut?
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, dan kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap kekuatanmu, dan segenap akal budimu. Dengan mencintai Allah, kita akan menjadi semakin serupa dengan-Nya. Bagaimana mungkin? ya, apabila sepasang kekasih saling mencintai, bukankah hatinya akan semakin terbuka untuk menerima dan memberi? demikian juga cinta akan Allah.. mencintai sesama akan terlihat jelas jika kita sudah mencintai Tuhan.
St. Yohanes dari Salib OCD pernah berkata, "semakin seseorang mencintai Allah, maka semakin besar pula ia mencintai sesamanya, dan semakin besar pula ia mengasihi orang berdosa" ditambahkan pula oleh Pujangga Gereja kita St. Teresa Avila, bahwa "ciri utama yang nampak dari mencintai Allah ialah cinta kepada sesama".
Lalu, apalagi yang menjadi pembelaan kita? Yesus berkata, "jika kamu mengasihi sesamamu yang juga mengasihimu, maka apalah upahmu? bukankah pemungut cukai yang tidak mengenal Allah juga melakukan hal yang sama?"
Tidaklah mudah mengikuti Jejak Yesus, namun apakah perjalanan Yesus juga mudah? mengikuti jejak-Nya berarti menapaki jalan yang sudah Ia lalui. Begitu juga hidup kita. Semoga kita semua semakin hari semakin mau terbuka terhadap Rahmat Allah untuk semakin maju dalam hal Iman, Pengharapan, dan Kasih, yakni yang terbesar di antaranya ialah Kasih :)